leader

ADA yang berpendapat bahwa kehidupan ini semuanya ditentukan Tuhan (determinisme). Ada juga yang berpendapat bahwa kehidupan ini tergantung manusianya (freedom). Padahal yang benar adalah perpaduan antara determinisme dan freedom. Juga adanya faktor-faktor kebetulan (by accident).

Bahkan Carl Gustav Jung mengatakan “Hanya orang bodoh yg percaya kepada kebetulan”. Sementara Albert Eistein mengatakan “Tuhan tidak bermain dadu”. Harus dipahami bahwa Carl Gustav Jung adalah pakar psikologi, bukan pakar ilmu logika. Sementara Albert Eistein adalah pakar Ilmu Fisika, bukan pakar ilmu logika. Artinya, apa yang mereka katakan harus dipahami dalam konteks yang benar. Keduanya hanya berpikiran berat sebelah, yaitu hanya percaya adanya determinisme. Sebuah logika yang tidak sempurna.

Sebuah kebetulan (sering dinyatakan sebagai kebetulan belaka) adalah kumpulan dari dua atau lebih peristiwa atau kondisi, berkaitan erat dengan waktu, ruang, bentuk, atau asosiasi lain yang muncul tidak akan menanggung hubungan sebagai penyebab baik untuk efek atau efek dari pengentahjawantahan penyebab (Maaf pake bahasa baru hehe..), dalam pengamat atau pemahaman pengamat ‘dari apa penyebabnya dapat menghasilkan efek apa.

Misalnya kita memandang kebetulan itu adalah bagian dari sistem dan jaringan yang rumit yang merupakan bagian Determinism pandangan yang misalnya sesungguhnya semua ciptaan Tuhan sudah dilengkapi dengan “program” yang akan terjadi dengan sendirinya. Untuk alam sudah dilengkapi dengan “logika alam” atau “hukum alam” dan untuk manusia dilengkapi dengan “logika manusia” atau hukum manusia. apakah cukup? bagaimana kalau eksistensi Tuhan itu tidak nyata lalu masih berlakukah pola Determinisme ini?? balikkan lagi deh ke pertanyaan tentang “kebetulan” tadi,, bukankah derajatnya sama tentang kebetulan dan Than tadi, sesuatu yang tidak Provable? tetapi dampaknya nyata kan? iya kan? #Maksa hehe,,

Nah bagaimana kalau kita melihatnya dari sisi Choice atau hak kita, kemampuan kita untuk memilih, atau freedom yang menjadi sifat dasar kita? Kalau Nabi Aam dan Siti Hawa memakan buah terlarang, itu bukan karena determinisme, tetapi karena Nabi Aam dan Siti Hawa menggunakan freedom yang dimilikinya.

Lalu kita bandingkan dengan By accident misalnya Kenapa SBY yang terpilih sebagai presiden? Kebetulan, SBY (yang memiliki freedom) ikut dalam pemilu. Secara kebetulan pula 62% pemilihnya masih buta politik.Mereka memilih presiden hanya berdasarkan “ilmu kira-kira” yang bersifat spekulatif.

Perpaduan determinisme,freedom dan by accident
Sesungguhnya semua ciptaan Tuhan memiliki ketiga aspek tersebut. Dan ini hanya bisa dipahami di dalam konteks Logika Tuhan. Bukan di dalam konteks Logika Manusia. kalau Atheis misalnya menyanggah hal ini, lalu yang menjadi pertanyaannya adalah,, kenapa menyanggah? bukankah kebetulan yang anda percayai saat ini tidak dapat dibuktikan namun nyata dan anda alami??? bagaimana dengan Tuhan?? hayooo…. hehe

Catatan:
Kata “determinisme”,”freedom” dan “by accident” harus digunakan pada “case” yang tepat.